Seminar Nasional Pangan, Energi, dan Lingkungan 2015 (SNPEL 2015) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel <p>PROSIDING SEMINAR NASIONAL PANGAN, ENERGI, DAN LINGKUNGAN 2015 merupakan wadah untuk mempublikasikan hasil Seminar Nasional Pangan, Energi dan Lingkungan tahu 2015 yang diadakan oleh LPPM Universitas Pekalongan bekerja sama dengan Universitas Jendral Soedirman dan Persatuan Insinyur Indonesia.&nbsp;</p> en-US [email protected] (LPPM) [email protected] (LPPM) Thu, 09 Jan 2020 00:00:00 +0000 OJS 3.1.2.1 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Cover, Tim Editor, Daftar Isi, dan Kata Pengantar https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/331 Panitia SNPEL 2015 Copyright (c) 2020 Seminar Nasional Pangan, Energi, dan Lingkungan 2015 (SNPEL 2015) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/331 Sun, 05 Jan 2020 00:00:00 +0000 Kebijakan Bidang Pertanian di Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/332 Tjuk Eko Hari Basuki Copyright (c) 2020 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/332 Sun, 05 Jan 2020 00:00:00 +0000 Peran dan Tantangan Bidang Pangan dalam menghadapi MEA 2015 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/336 Anwar Fauzan Copyright (c) 2020 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/336 Sat, 04 Jan 2020 00:00:00 +0000 Peran dan Tantangan Bidang Energi dalam menghadapi MEA https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/335 Wiludjeng Trisasiwi Copyright (c) 2020 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/335 Sat, 04 Jan 2020 00:00:00 +0000 Peran dan Tantangan SDM Bidang Lingkungan dalam menghadapi MEA https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/339 M. Yanuar J Purwanto Copyright (c) 2020 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/339 Sat, 04 Jan 2020 00:00:00 +0000 Sertifikasi Insinyur Professional https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/340 Achmadi Partowijoto Copyright (c) 2020 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/340 Sat, 04 Jan 2020 00:00:00 +0000 UJI DAYA HASIL BEBERAPA GENOTIPE TOMAT DI DUA LOKASI https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/342 Penelitian ini bertujuan untuk melihat daya hasil beberapa genetipe tomat pada 2 lokasi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 2 faktor dengan 3 ulangan tersarang dalam setiap lokasi. Faktor pertama terdiri atas 4 galur tomat hibrida dan 2 varietas pembanding. Factor ke 2 adalah 2 lokasi pengujian yaitu Bogor dan Purwakarta. Setiap galur pada masing-masing ulangan di setiap lokasi ditanam sebanyak 24 tanaman dengan 10 tanaman digunakan sebagai tanaman contoh. Hasil pengamatan menunjukan bahwa genotipe memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur panen, bobot buah, panjang buah, diameter buah, kemanisan buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah pertanaman. Hasil pengamatan juga menunjukan bahwa lokasi pengujian memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur panen, bobot buah, diameter buah, kemanisan buah, dan bobot buah per tanaman. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukan adanya interaksi genotipe dan lingkungan pada karakter bobot buah, panjang buah, diameter buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Arya Widura Ritonga, Muhamad Syukur Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/342 PENGARUH JUMLAH BUKU (NODUS) STEK TUNAS DAN TINGGI GULUDAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN HASIL UMBI BIBIT KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) GENERASI (G 1 ) VARIETAS REPITA https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/343 Untuk mengatasi kendala penyediaan bibit kentang yang bermutu, teknik pembiakan mikro terutama dengan stek merupakan alternatif pemecahan masalah yang paling potensial. Jumlah umbi kentang yang dihasilkan tergantung pada jumlah stolon yang dihasilkan dari buku-buku (nodus) pada batang tanaman kentang yang tertutup oleh tanah. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, dengan ketinggian tempat 1.250 m dpl, dari bulan Agustus sampai dengan November 2014. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Faktorial, masing-masing diulang sebanyak lima kali. Faktor pertama yaitu perlakuan buku/nodus (B) yang terdiri dari 2 taraf yaitu B1 (1 buku) dan B2 (2 buku). Faktor kedua adalah tinggi guludan (G) yang terdiri dari 3 taraf yaitu G1 (25 cm), G2 (30 cm) dan G3 (35 cm). Hasil Penelitan menunjukan terdapat interaksi antara jumlah buku (nodus) dan tinggi guludan hanya terhadap jumlah cabang saja, yaitu pada saat tanaman berumur 21 hst. Perlakuan B1G3 menghasilkan rata-rata cabang terbanyak yaitu 5,60. Penerapan satu jumlah buku (B1) memberikan hasil tertinggi terhadap tinggi tanaman pada umur 42 hst (36,79 cm) dan kanopi tanaman umur 21 hst (16,71 cm2). Penerapan 2 jumlah buku (B1) memberikan hasil tertinggi terhadap jumlah umbi per petak pada umur 90 hst (50,00 knol), jumlah stolon pada umur 63 hst (2,75), hasil umbi per petak pada umur 90 hst (14,143 ton/ha). Sedangkan tinggi guludan G3 memberikan hasil tertinggi terhadap jumlah stolon umur 63 hst (3,26 tanaman) dan jumlah umbi per petak umur 90 hst yaitu (68,20 knol/petak) namun tidak bebeda nyata dengan tinggi guludan 30 cm (G2) yaitu (55,30 knol/petak) dengan bobot umbi per petak 15,548 ton/ha. Deden Fatchullah Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/343 OPTIMALISASI PENGGUNAAN PUPUK MAJEMUK SINTETIS DENGAN TRICHODERMA SP. PADA JENIS TANAH LATOSOL UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/345 Salah satu cara memperbaiki hasil dan kualitas umbi bawang merah, yaitu dengan aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dan pupuk hayati trichoderma. Penelitian dilakukan di bawah naungan plastik Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (1.250 m dpl) dari Juli - Oktober 2012. Penelitian menggunakan rancangan kelompok faktorial dengan 3 ulangan. Terdiri 2, faktor I pupuk NPK 15- 15-15 dosis 0 kg/ha, 250 kg/ha dan 500 kg/ha. Faktor II pupuk hayati trichoderma dosis 10 10. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 250 kg/ha yang dikombinasikan dengan pupuk hayati trichoderma dosis 10 10 meningkatkan persentase akar bawang merah oleh trichoderma. Bobot kering akar bawang merah yang terbanyak berasal dari aplikasi NPK 15-15-15 250 kg/ha+ pupuk hayati trichoderma. Trichoderma yang berasosiasi dengan tanaman bawang merah, yaitu trichoderma sp. + Aspergillusd antrichoderma penicilium. Kandungan NPK tanaman serta pertumbuhannya meningkat oleh aplikasi NPK + pupuk hayati . Hasil umbi bawang merah nyata meningkat oleh aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 250-500 kg/ha yang dikombinasikan dengan pupuk hayati trichoderma dosis 10^10. Deden Fatchullah Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/345 PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCHOI YANG DITANAM PADA SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) DAN FLOATING HYDROPONICS SYSTEM (FHS) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/346 Pakchoi merupakan salah satu sayuran yang dapat dimakan segar, cukup dikenal masyarakat, mengandung gizi yang baik dan dapat dibudidayakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Teknik budidaya tanaman secara hidroponik dapat menjadi pilihan teknologi untuk mendapatkan sayuran yang bersih dan sehat. Salah satu teknik budidaya hidroponik adalah Nutrient Film Technique (NFT) dan Floating Hydroponics System (FHS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil Pakchoi yang ditanam secara hidroponik dengan sistem NFT dan FHS. Penelitian dilakukan di greenhouse Fakultas Pertanian, pada ketinggian 115 m dpl. Pada penelitian ini pakchoi ditanam pada sistem NFT dan FHS dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik hidroponik sistem NFT memberikan tingkat pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot basah tanaman tanpa akar yang lebih tinggi dibandingkan sistem FHS. Tingkat pertumbuhan tinggi tanaman pakchoi pada sistem NFT secara berturut-turut yaitu, 3,45 cm pada 7 hari setelah tanam (HST), 10,71 cm (14 HST), 16,64 cm (21 HST) dan 18,74 cm (25 cm). Jumlah daun rata-rata pakchoi pada sistem NFT mencapai 6,4 helai pada 7 HST, 10,1 helai pada 14 HST, 11,6 helai pada 21 HST dan 12, 1 helai pada 25 HST. Bobot basah rata-rata tanaman pakchoi tanpa akar pada sistem NFT sebesar 38, 32 g per tanaman, sedangkan pada sistem FHS sebesar 23,52 g. Eni Sumarni, Ardiansyah Ardiansyah, Krissandi Wijaya Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/346 PENDAFTARAN INDIKASI GEOGRAFIS SEBAGAI SARANA PERLINDUNGAN HUKUM POTENSI EKONOMI TERKAIT BIDANG PANGAN DI INDONESIA https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/347 Kegiatan pertanian dan perkebunan yang dilaksanakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan pangan manusia mempunyai potensi ekonomi yang menjanjikan bagi pelaku usaha pertanian. Peran negara diperlukan dalam memberikan perlindungan agar pelaku usaha pertanian mempunyai daya saing atas produk yang di hasilkan, dan kepentingan konsumen atas kualitas produk pertanian juga terpenuhi. Salah satu upaya perlindungan hukum yang disediakan negara adalah dengan di aturnya ketentuan tentang Indikasi Geografis. Indikasi geografis adalah tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang menghasilkan produk pertanian, lembaga yang diberi kewenangan untuk itu dan kelompok konsumen dapat menjadi pemohon agar produk tersebut mendapatkan pendaftaran Indikasi Georgrafis. Pendaftaran Indikasi Geografis atas produk pertanian di satu sisi menjadi sarana bagi petani untuk melindungi produk pertanian yang dihasilkan dari pihak yang beritikad baik, dan di sisi lain menjadi jaminan kualitas bagi konsumen atas produk pertanian yang akan di konsumsinya. Pendaftaran Indikasi Geografis berperan pada peningkatan nilai ekonomi produk pertanian. Irawan Harahap Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/347 KERAGAMAN GENOTIPE CABAI MERAH DENGAN POLA PITA ISOENZIM https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/348 Varietas unggul merupakan salah satu cara yang efektif untuk peningkatan produksi cabai. Genotipe hasil pesilangan cabai yang berpotensi unggul telah didapatkan. Keragaman genetik suatu individu dapat diidentifikasi dengan analisis isoenzim. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan keragaman genetik dan hubungan kekerabatan antar tetua dengan genotipe cabai merah berdasarkan analisis isoenzim. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola pita isoenzim dengan empat sistem enzim (ACP, EST, MDH dan PER) terdapat keragaman genotipe cabai yang dicoba. Analisis kekerabatan 12 genotipe cabai merah pada tingkat keragaman 19 % terdapat 3 kelompok. Adapun tiap kelompok tersebut adalah : kelompok pertama (RanduxJatilaba, X4271xG6321, Randu x G6321, dan G3257xG6321), kelompok kedua (Gada), kelompok tiga (G6321, Jatilaba, Randu, G9854xRandu, G9854, X4271, dan G3257). Genotipe hasil persilangan antara Randu x Jatilaba mempunyai kemiripan dengan X4271xG6321. Noor Farid, Agus Sarjito, Agus Riyanto Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/348 TINGKAT KONSUMSI ENERGI, VITAMIN DAN MINERAL PADA ANAK 7-9 TAHUN DI SDN NEGERI KARUWISI II KOTA MAKASSAR https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/349 Malnutrition is still a common problem that occurs in the developing countries. In Kenya, chronic malnutrition is a problem with the national average of 33% (H / A) which describes a child representing each child stunted (short), especially in children with bad nutritional status and increase the proportion of 30-40% of children suffer from malnutrition due to a lack of food and infectious diseases. Pakistan found the prevalence of severely malnourished children by 22%. Based on national reports basic health research (RISKESDAS) nationwide in 2007, the prevalence of underweight children of school age (male) was 13.3%, while the national prevalence of underweight children of school age (women) was 10.9%. The prevalence of obese school-age children (male) was 9.5%, and the national prevalence of obese school-age children (female) was 6.4%. The purpose of this study is to describe the level consumption of energy, vitamins, and minerals in children in SDN karuwisi II Makassar 2013. The type of research is a survey research.. The population in this study were students of class I, II, and III as many as 64 students. Samples are 55 students who obtained using purposive sampling method selecting pupils aged 7-9 years. The survey results showed that 25.4% of children consume energy deficit high level, the deficit level medium are 16.4% of children, mild deficit are 7.23% of the children, 16.4% in the normal levels and the higher level are 34.6 % of children. All children consume vitamin A. Total 96.4% of children taking vitamin B levels of deficit, and 3.64% of children in the normal levels. And total 92.8% of children taking vitamin C in the normal levels and 7.28% of consumption level of deficit. All children consume calcium to normal levels. A total of 92.3% of children consume normal levels of phosphorus, and 7.23% deficit level children. All children consume iron to normal levels. Some children still lack of energy intake, consumption of vitamin A is good, the consumption of vitamin B are still largely lacking, vitamin C largely been met, the consumption of calcium and iron are met, only a small proportion of children who have not met phospornya consumption. It is expected that the level of consumption of macro and micro nutrients are met according to the needs of children for primary school age is a stage of growth and development. Andi Nurlinda Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/349 “SISTEM PERTANIAN TERPADU” SEBUAH SOLUSI UNTUK MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/350 Sistem Pertanian Terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dalam satu lahan, atau suatu sistem yang mendaur ulang sisa- sisa atau limbah tanaman dan hewan untuk menciptakan suatu ekosistem alami, sehingga diharapkan mampu menjaga keseimbangan ekosistem yang termasuk di dalamnya aliran unsur hara dan energi agar terjadi secara seimbang. Keseimbangan ini akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi terjaga secara efektif dan efisien. Sistem pertanian terpadu yang dapat diterapkan misalnya : pemanfaatan areal hutan yaitu dengan menanam tanaman pangan di bawah tegakan hutan seperti di bawah tegakan jati, sengon dan sebagainya. Pengembangkan sistem pertanian terpadu ini diharapkan mampu mendorong terwujudnya kedaulatan pangan di Indonesia dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Syakiroh Jazilah Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/350 ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT Cd PADA IKAN LELE (Clarias sp) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/351 Ikan lele (Clarias sp) merupakan jenis ikan dengan nilai gizi yang tinggi dan harga terjangkau, sehingga banyak dikonsumsi masyarakat. Data Disperindag Kota Pekalongan (2012) menunjukkan jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) batik di Kota Pekalongan adalah 632 unit usaha. Industri batik dapat memberikan cemaran berupa logam berat, salah satunya adalah kadmium (Cd). Meningkatnya konsumsi ikan lele oleh masyarakat Kota Pekalongan, menuntut kita lebih peduli terhadap pengawasan cemaran logam berat Cd pada ikan lele yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sampel berasal dari 4 (empat) lokasi budidaya ikan lele oleh masyarakat Kota Pekalongan. Logam berat Cd pada ikan lele dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometer serapan atom (AAS). Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan baku mutu SNI 7387- 2009. Hasil menunjukkan ikan lele yang diambil dari 4 lokasi budidaya di Kota Pekalongan mengandung logam berat Cd pada rentang konsentrasi 31,45 - 45,00 μg/kg bb. Kadar tersebut masih berada di bawah ambang batas maksimum kandungan logam berat Cd pada ikan, sehingga masih aman dikonsumsi. Siska Rusmalina, Metha Anung Anindhita, Hayati Soeprapto Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/351 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN PELLET DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias Sp.) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/352 Tujuan penelitian ini adalah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan probiotik "Raja Lele" pada pakan komersil terhadap pertumbuhan benih ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp). Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan pemberian probiotik dengan dosis A (terkontrol), B 6 ml/kg, C 7 ml/kg dan D 8 ml/kg. Hasil penelitian menenjukan bahwa laju pertambahan bobot biomassa mutlak ikan lele sangkuriang berbanding lurus dengan penanbahan probiotik. Hasil analisis uji F menunjukan nilai F hitung (45,99) lebih besar dari F tabel (4,06) dan (7,59). Ini berarti bahwa pemberian probiotik pada pakan berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan bobot biomassa mutlak benih ikan lele sangkuriang. Perlakuan D dengan dosis probiotik 8 ml/kg pakan menghasilkan laju pertumbuhan bobot benih ikan lele sangkuriang sebesar 13,31 gr. Sedangkan laju pertumbuhan bobot mutlak biomassa benih ikan Lele Sangkuriang terendah terdapat pada perlakuan A (terkontrol) sebesar 7,25 gr. Hasil pengukuran kualitas air pada media penelitian masih berkisar layak untuk di budidayakan yaitu, suhu 28 ‒ 30ºC, pH 7 dan DO 3 ‒ 4 ppm. Komariyah Komariyah, Hadi Pranggono, Ahmad Ridlwan Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/352 SEGREGASI KARAKTER AGRONOMIK POPULASI F2 HASIL PERSILANGAN IR36 DAN PADI MERAH PWR https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/353 Sifat nilai Indek Glikemik (IG) rendah dan antosianin tinggi pada tanaman padi dapat digabungkan melalui persilangan antara varietas IR36 yang mempunyai IG rendah dan Padi Merah PWR yang kemudian dilanjutkan dengan seleksi dan penggaluran.Semakin lebar rentang keragaman genetik populasi yang bersegregasi maka semakin besar kemajuan genetik yang diperoleh.Kemajuan genetik dapat diprediksi berdasarkan pola segregasi sifat-sifat penting pada populasi yang bersegregasi.Dalam penelitian ini telah dilakukan persilangan antara IR36 dengan Padi Merah PWR. Hasil persilangan ini diharapkan menghasilkan padi fungsional dengan karakteristik padi IG rendah yang memiliki kandungan antosianin tinggi yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk mengetahui pola sebaran dan segregasi karakter-karakter agronomik pada populasi F2 hasil persilangan Padi IR36 dengan Padi Merah PWR, dan (2) untuk mendapatkan genotip-genotip F2 hasil persilangan IR36 dengan Padi Merah PWR yang berdasarkan karakter agronomiknya dapat diteruskan untuk menjadi populasi F3. Dalam penelitian ini, galur-galur F2 ditanam di lapang satu malai (satu galur) satu baris dengan jarak tanam rapat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Ter-Augmentasi, dengan varietas kontrol: IR36, Padi Merah PWR, Menthikwangi, Logawa, dan Padi Hitam PWR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan variabel-variabel yang diamati, antar blok tidak terdapat beda nyata (Tabel 1), sedang antar varietas yang digunakan sebagai kontrol, perbedaan yang nyata terdapat pada variabel tinggi tanaman (TT), panjang malai (PM), dan bobot seribu biji (BSB) (Tabel l). Pada penelitian ini perbedaan karakter antara tetua persilangan IR36 dan Padi Merah PWR hanya terdapat pada tinggi tanaman dan bobot seribu biji (Tabel 2).Pada populasi F2 terjadi transgresi segregatif pada bobot seribu biji dengan sebaran data yang bersifat normal.Pada penelitian ini juga telah diperoleh 111tanaman F2 yang berdasarkan bobot seribu biji potensial dilanjutkan untuk ditanam menjadi galur F3. Suprayogi Suprayogi, Imastini Dinuriah Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/353 PROFIL KETAHANAN PANGAN INDONESIA UNTUK AEC 2015 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/354 Ketahanan pangan Indonesia menjadi isu penting saat ini. Harga bahan pangan yang semakin tinggi memicu terjadinya peningkatan impor bahan pangan. Pada sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan nilai impor sebanyak empat kali lipat. Selain itu, menurunnya jumlah produk pangan yang dihasilkan sektor pertanian di Indonesia menyebabkan rendahnya permintaan akan produk pangan lokal. Kurangnya peranan dan perhatian dari pemerintah menyebabkan sektor pertanian Indonesia tidak dapat bersaing baik di pasar lokal maupun internasional. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kualitas ketahanan pangan Indonesia terutama dalam menghadapi Asean Economic Community 2015. Faktor lain yang mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia yaitu semakin sempitnya lahan pertanian menyebabkan hasil pertanian yang dihasilkan semakin menurun kuantitasnya. Oleh karena itu, saat ini baik pemerintah dan sektor swasta harus meningkatkan peranan dan perhatiannya di sektor pertanian. Semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas pangan yang dihasilkan oleh sektor pertanian Indonesia dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Meliza Meliza, Danang Satrio Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/354 ANALISIS KERAGAMAN FENOTIPE MORFOMETRIK DAN MERISTIK PADA IKAN PELANGI KURUMOI (Melanotaenia parva) HASIL BUDIDAYA DI BPPBIH DEPOK, JAWA BARAT https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/355 <p>Ikan hias pelangi kurumoi adalah ikan endemik di danau Kurumoi yang terletak di Kabupaten <br>Bintuni Papua Barat yang terus dieksplorasi karena mempunyai nilai ekonomis tinggi. Budidaya ikan <br>pelangi yang baik dapat sangat membantu memenuhi tingginya permintaan pasar, sehingga petani <br>ikan tidak merusak habitat asli dari ikan pelangi. Penelitian mengenai inventarisasi informasi dasar <br>biologi pada sumberdaya hayati ikan pelangi kurumoi masih terbatas dan belum banyak dilakukan, hal <br>ini dapat menjadi faktor penghambat dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaan budidayanya. <br>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman fenotip morfometrik dan meristik pada ikan <br>pelangi kurumoi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan truss morfometrik dan <br>konvensional morfometrik. Karakterisasi meristik dilakukan dengan mendeskripsikan morfologi tubuh, <br>serta menghitung jumlah sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin) <br>dan sirip anal (anal fin). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman 21 karakter truss <br>morfometrik berkisar antara 0,05-0,14, keragaman 9 karakter morfometrik berkisar antara 0,04-0,14 <br>dan keragaman meristik berkisar antara 0,10-0,17 dengan heritabilitas berkisar 0,36-1.</p> Harry Saputra, Muhamad Agus, Tri Yusufi Mardiana, Tutik Kadarini Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/355 Fri, 10 Jan 2020 04:42:10 +0000 PROSES PEMBUATAN DAN ANALISIS PUPUK ORGANIK CAIR (POC) BERBASIS TANAMAN INDIGO (Indigofera tinctoria) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/357 <p>Selama ini kegiatan pemupukan kurang memperhatikan keseimbangan antara bahan organik <br>dan bahan mineral, sehingga kadar hara dalam tanah semakin tidak seimbang, karena penggunaan <br>pupuk buatan secara terus-menerus dengan dosis yang terus meningkat, akibatnya kesuburan tanah <br>menurun dan produktivitas tanaman rendah. Inovasi teknologinya adalah mencari sumber yang bisa <br>meminimalkan dampak negatif tersebut yaitu pupuk organik. Salah satu sumber pupuk organik <br>adalah tanaman indigo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan pupuk <br>organik cair dan kandungan unsur haranya dari tanaman indigo. Penelitian dilakukan di Laboratorium <br>Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan dan Laboratorium Tanah LPT3GI Comal Baru, Kabupaten <br>Pemalang mulai Mei – September 2013. Penelitian dilaksanakan dengan metode eksperimen dan <br>analisis kadar hara N dengan metode Kjeldhal, P dengan metode Olsen, K dengan metode Amonium <br>Asetat pH 7, Ca dan Mg dengan metode titrimetris, S dengan metode spektrofotometri <br>BaCl 2 .2H 2 O+tween 80, dan C-organik dengan metode mereduksi Cr^6+ menjadi Cr^3+ dalam suasana <br>asam. Data ditabulasikan dan dideskripsikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik <br>cair (POC) dari tanaman indigo mengandung unsur hara yang lengkap, yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan S <br>dengan kadar hara sangat rendah, akan tetapi untuk C/N rationya sedang sampai tinggi.</p> Ubad Badrudin, Anwar Fauzan Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/357 Fri, 10 Jan 2020 05:19:56 +0000 UJI SENSITIFITAS KEPITING TERHADAP PERUBAHAN CO 2 TERLARUT DALAM MEDIA TERHADAP KEMAMPUAN MOLTING DAN MORTALITAS https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/358 <p>CO 2 merupakan senyawa yang keberdaannya dalam perairan sangat berpengaruh terhadap aktivitas organisme, hasil observasi pada kegaitan budidaya kepiting soft shell crab di Kabupaten Pemalang CO 2 mengalami fluktuasi yang sangat tajam yaitu 15 – 30 mg/l/hari. Masalah yang&nbsp; dirumuskan dalam penelitian ini adalah perbedaan CO 2 terlarut dalam media berpengaruh terhadap molting dan mortalitas kepiting, sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan CO 2 terlarut dalam media terhadap sensitifitas kepiting untuk melakukan molting dan mortalititas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental riset RAL dengan menerapkan 12 perlakuan dan 2 ulangan. Perlakuan 1 sampai 12 adalah membuat media uji (media <br>budidaya kepiting) dengan memasukan gas CO 2 murni hingga media terkondisikan mengandung CO 2 terlarut 5 mg/l, 10 mg/l, 15 mg/l, 20 mg/l, 25 mg/l, 30 mg/l, 35 mg/l, 40 mg/l, 45 mg/l, 50 mg/l, 55 mg/l, 60 mg/l. Hasil Penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P&gt;0,05) dengan molting tertinggi sebesar 80% pada perlakuan dengan media CO 2 5 mg/l. Media dengan kandungan CO 2 45 sampai 60 mg/l berdampak pada tidak berhasilnya kepiting untuk molting. terdapat hubungan yang sangat signifikan antara perbedaan CO 2 dalam media terhadap kemampuan molting kepiting dengan persamaan Y = -1,692 X + 90 (R2<br>= 0,939). Perbedaan kandungan CO 2 dalam media juga berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas kepiting (P&gt;0,0), terdapat hubungan yang sangat&nbsp;&nbsp;<br>signifikan antara perlakuan terhadap mortalitas kepiting, dengan persamaan Y = 1,692 X + 10 (R2= 0,939). Kandungan CO 2 sebesar 45 mg/l sampai 60 mg/l mortalitas kepiting mencapai 100%.&nbsp;</p> Muhamad Agus Copyright (c) 2020 Seminar Nasional Pangan, Energi, dan Lingkungan 2015 (SNPEL 2015) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/358 Fri, 10 Jan 2020 05:43:51 +0000 APLIKASI BERBAGAI MACAM LEGIN DAN SAAT DEFOLIASI PADA TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/359 Buncis (Phaseolus vulgaris L) merupakan tanaman leguminosa yang dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Bakteri tersebut keberadaannya ditandai dengan adanya bintil pada perakaran tanaman. Agar dapat berproduksi optimal, setiap jenis legume menghendaki spesies bakteri tertentu. Legin merupakan inokulan yang mengandung biakan bakteri Rhizobium sp. Pada budidaya tanaman buncis, inokulasi dapat meningkatkan jumlah bintil akar dan produksi tanaman. Defoliasi (pemangkasan), merupakan tindakan budidaya untuk mengurangi partumbuhan vegetative yang dapat memperbanyak penerimaan cahaya matahari, sehingga pertumbuhan generatif (buah/polong) dapat ditingkatkan. Penelitian bertujuan mengetahui saat defoliasi dan jenis legin yang tepat pada tanaman buncis. Penelitian disusun dengan Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design). Faktor Utama (Main Plot) merupakan perlakuan defoliasi/pemangkasan, terdiri dari; tanpa dipangkas (Wo), dipangkas 14 hari setelah tanam (W1) dan dipangkas 35 hari setelah tanam (W2). Sedang Faktor kedua (Sub Plot), merupakan jenis legin, antara lain : tanpa legin (Jo), legin pea (J2), legin buncis (J3), legin kacang hijau (J4). Parameter yang diamati; panjang polong, jumlah daun, bobot polong basah perpetak, bobot polong kering, jumlah biji, bobot polong basah pertanaman, panjang akar, berat akar, jumlah akar, jumlah bintil akar, dan jumlah polong. Data dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi jenis legin berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun, bobot polong basah perpetak dan pertanaman, bobot polong kering, panjang akar, berat akar, jumlah akar, dan jumlah bintil akar, serta berpengaruh nyata terhadap panjang polong, jumlah biji, dan jumlah polong. Jenis legin terbaik untuk tanaman buncis adalah legin kacang hijau. Saat defoliasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan berat akar, dan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lainnya. Perlakuan yang terbaik adalah kombinasi antara aplikasi legin kacang hijau dengan waktu defoliasi 14 hari setelah tanam. Bambang Suryotomo, Anwar Fauzan, Tri Nuryani Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/359 PETERNAKAN AYAM JAWA SUPER DELIMA KEDATON (Dengan Lima Profit Keuntungan dan Toko On Line) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/360 <p>Menurut Dirjen Bina Produksi Peternakan saat ini pasokan daging ayam kampung baru bisa <br>memenuhi 5,5% dari total kebutuhan daging ayam nasional. Pada 10 tahun mendatang diharapkan <br>pasokan ayam kampung akan mencapai 25% dari kebutuhan total daging ayam nasional. <br>Kenyataannya budidaya ayam kampung menemui kendala utama yaitu pertumbuhan yang cenderung <br>lebih lambat jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging yang mampu panen dalam waktu 40 hari. <br>Harga jual ayam kampung super lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler,ayam kampung super <br>merupakan persilangan antara ayam jawa (jantan) dengan ayam arab (betina). Ayam jenis ini <br>dinamakan ayam kampung super karena ayam ini mempunyai karakter, sifat dan rasa yang sama <br>dengan ayam kampung asli, namun masih mempunyai beberapa kelebihan lain, yaitu : Masa <br>pemeliharaan lebih singkat (antara 4-5 Bulan) dengan berat rata-rata 0.7 - 1 kg (berat yang diminta <br>oleh konsumen rumah makan/restoran), Cara pemeliharaan lebih mudah dan lebih tahan penyakit <br>(angka kematian kecil), Kotoran dalam kandang tidak menimbulkan bau, Mudah pemasarannya, <br>Profitable (Menguntungkan). harga berkisar antara Rp. 50.000 – Rp. 70.000/ kg menurut riset pasar <br>selama tahun 2013 sedangkan lebaran/hari besar bisa mencapai Rp.80.000-Rp.100.000/ kg. <br>Metode pelaksanaan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: Tahap I Persiapan (survai pasar <br>pemilihan dan persilangan), Tahap II Pelaksanaan (penetasan, pembesaran), Tahap III Pengemasan, <br>Tahap IV Penjualan Tahap V Evaluasi dan perhitungan, Tahap VI Pelaporan. Strategi pemasaran <br>yang digunakan untuk meningkatkan penjualan antara lain dengan pembagian leaflet, pembuatan <br>poster dan pengemasan yang menarik. Telur dijual dengan harga bijian @Rp. 1500-@Rp. 2000-. <br>Ayam untuk rumah makan (ayam panggang) umur 4-6 bulan @Rp. 45.000. Kotoran dijual dalam <br>bentuk pupuk per [email protected]. Dari analisa usaha yang dilakukan, didapatkan keuntungan sebesar <br>Rp 1.536.750 sebulan, nilai B/C ratio didapatkan 2,6 dan nilai Pay Back Period (PBP) atau masa <br>kembalinya modal selama 18 hari. Maka usaha Peternakan Ayam Jawa Super DELIMA <br>KEDATON (Dengan Lima Keuntungan dan Toko On Line) ini layak untuk dikembangkan dan dapat <br>menjadi peluang usaha yang menjanjikan keuntungannya.</p> Haryono Haryono, Radna Pambudhi, Muna Chanifia Copyright (c) 2020 Seminar Nasional Pangan, Energi, dan Lingkungan 2015 (SNPEL 2015) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/360 Fri, 10 Jan 2020 00:00:00 +0000 PERAKITAN GENOTIPE PADI TIPE BARU UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/361 Pelandaian produksi padi sawah disebabkan potensi hasil varietas-varietas padi unggul (varietas inbrida) yang ada saat ini sudah sulit ditingkatkan. Gejala pelandaian produksi (leveling off) padi sawah terjadi sejak tahun 2000. Penerapan teknologi budidaya pada varietas unggul tersebut sudah tidak mampu lagi meningkatkan hasil padi per satuan luas secara significant. Kondisi tersebut jika tidak diatasi akan menghambat terwujudnya kemandirian pangan. Varietas Padi Tipe Baru (PTB) potensi hasil tinggi (> 12 t/ha) merupakan teknologi terapan yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan genotype Padi Tipe Baru potensi hasil tinggi (>12 t/ha). Penelitian dilaksanakn selam tiga tahun, dimulai tahun 2013 dengan dukungan dana dari Kementerian Riset dan Teknologi. Hasil penelitian sampai tahun kedua (2014), telah didapat 145 genotipe unggul terpilih yang memiliki ciri-ciri PTB, yaitu tanaman tegak dan kuat, daun tetap hijau selama pemasakan biji, umur panen 102 – 115 hst, anakan produktif semua, jumlah anakan 6 – 12, malai panjang dan padat, jumlah gabah per malai > 400, gabah hampa cukup rendah ( < 18 %). Kemampuan produksi jika ditanaman dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dapat mencapai 12 - 15 t/ha gabah kering giling. Genotipe unggul terpilih telah ditanam lagi untuk pembentukan galur-galur murni unggul PTB. Suwarto Suwarto, Untung Susanto, Siti Nurchasanah Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/361 Penggunaan Alat Pengering Listrik Untuk mengeringankan Ikan Teri (Stolephorus sp.) (tinjauan karakteristik pengeringan) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/362 Ikan teri (Stolephorus sp.) termasuk hasil laut yang mempunyai nilai ekonomis cukup baik dan banyak manfaatnya. Salah satu kendala utama dalam pengeringan ikan teri adalah jika turun hujan, maka jumlah ikan teri yang terbuang akibat tidak dapat diolah (dikeringkan) cukup banyak. Salah satu alternatif pemecahannya dapat menggunakan pengering listrik. Keuntungannya adalah bahan menjadi lebih awet, volume bahan lebih kecil, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan pengepakan dan pengangkutan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pengeringan alat pengering listrik serta mengetahui pengaruh teknik pengeringan terhadap mutu ikan teri. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Pengolahan Ikan dan laboratorium Dasar Politeknik Perikanan Negeri Tual. Sampel ikan teri diperoleh dari desa Sathean Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Uji coba pengeringan menggunakan alat pengering listrik dan sinar matahari sebagai kontrol. Data karakteristik pengeringan dianalisis dengan Analisys of Varians, dan dilanjutkan dengan uji DMRT bagi data yang menunjukkan adanya perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan selama pengeringan berat ikan, kadar air dan laju pengeringan mengalami penurunan, sedangkan nilai organoleptik mengalami peningkatan. Penurunan berat dan penurunan kadar air tertinggi dicapai pada rak keempat pengering listrik. Sementara untuk nilai organoleptik (kenampakan, bau dan konsistensi) tertinggi dicapai pada ikan teri yang dikeringkan pada rak keempat. Teknik pengeringan berpengaruh terhadap perubahan suhu udara pengering dan nilai organoleptik ikan teri. Suhu alat pengering listrik (47 C) lebih tinggi dibanding suhu yang dicapai sinar matahari (35 C). Penurunan berat dan kadar air ikan teri yang dikeringkan dengan pengering listrik lebih baik dibanding dengan teknik penjemuran. Ismael Marasabessy Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/362 EFISIENSI PEMASARAN IKAN TERI (Stolephorus sp) DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/363 Nelayan ikan teri (Stolephorus sp) di Maluku Tenggara belum merasakan keuntungan yang optimal dari kegiatan pemasaran ikan teri. Hal ini sangat terkait dengan aspek kelembagaan, jaringan pemasaran dan kesenjangan komunikasi serta mengindikasikan bahwa informasi produk dan informasi pasar belum banyak diketahui oleh nelayan sehingga berakibat nelayan ikan teri sulit untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan pemasaran ikan teri. Permasalahan tersebut sangat berhubungan dengan struktur pasar yang bersaing tidak sempurna dimana memposisikan nelayan pada pihak yang lemah, terutama dalam kesempatannya untuk menerima harga jual yang layak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur pasar, perilaku pasar dan penampilan pasar ikan teri (Stolephorus sp). Metode analisis yang digunakan adalah; 1). Analisis struktur pasar meliputi, hambatan keluar masuk pasar, pengetahuan pasar, pangsa pasar dan konsentrasi pasar; 2). Analisis perilaku pasar meliputi, proses penjualan dan pembelian, sistem pembayaran serta kerjasama; dan 3). Analisis penampilan pasar meliputi, marjin pemasaran, analisis bagian harga yang diterima nelayan, analisis rasio keuntungan dan biaya pemasaran. Hasil penelitian menunjukan struktur pasar ikan teri adalah oligopsoni sehingga cukup beralasan jika nelayan ikan teri merupakan pihak yang memiliki posisi tawar paling rendah dalam penentuan harga, karena hanya bertindak sebagai penerima harga. Terdapat 3 pola dalam saluran pemasaran ikan teri, walaupun pasar berada dalam mekanisme pasar bersaing tidak sempurna yang disebabkan adanya ikatan yang kuat sehingga pembeli yang lebih dominan, namun berdasarkan hasil analisis marjin pemasaran, share nelayan serta rasio keuntungan dan biaya menunjukan bahwa pola pemasaran yang cukup efisien untuk dilakukan adalah dari nelayan ke pengumpul desa dan dilanjutkan ke pedagang lokal di pasar hingga ke konsumen, karena bagian harga serta keuntungan dan biaya yang diperoleh cukup memberikan insentif untuk meningkatkan usaha ikan terinya dibandingkan dengan pola pemasaran lainnya. Syahibul Kahfi Hamid Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/363 PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HAYATI DALAM UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/364 Keanekaragaman hayati belum semuanya dimanfaatkan secara optimal. Padahal tingkat pendapatan masyarakat petani masih rendah. Faktor penyebabnya antara lain adalah karena biaya produksi yang tinggi dalam melakukan kegiatan usaha tani seperti pupuk dan penggunaan pestisida guna pengendalian hama yang harganya mahal. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah penggunaan bahan baku yang murah dengan melakukan kombinasi penggunaan pupuk organik, pestisida organik dan media tanam yang dibuat dari tanaman gulma yang dikenal dengan babandotan ( Ageratum conyzoides ) dan cocopit yang berasal dari kelapa ( Cocos nucifera). Penggunaan bahan tersebut dikarenakan jumlah yang berlimpah, mudah didapat, dan tidak merusak lingkungan. Selain itu penelitian dengan menggunakan masing-masing bahan tersebut telah membuktikan keberhasilannya. Harapannya adalah hasil pertanian meningkat, lingkungan tidak rusak, hama dikelola dengan baik dengan biaya produksi rendah sehingga pendapatan masyarakat petani meningkat. Kedepan produk-produk organik yang ramah lingkungan dan mudah dalam pengaplikasiannya akan semakin disempurnakan sehingga akan disukai oleh petani dalam melakukan budidaya tanaman. Agus Haryanto, Komala Ardiyani Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/364 ANALISA FILMWISE DAN DROPWISE HIBRID BASIN SOLAR STILL https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/365 Hibrid basin solar distilasi merupakan alat yang berfungsi merubah air laut menjadi air tawar dengan tenaga matahari dimana proses pemanasan air laut di dalam bejana kaca kemudian terjadi proses evaporasi (penguapan) yang ditangkap melalui kaca penutup dengan kemiringan tertentu, karena terjadi perbedaan temperatur antara di dalam ruang basin dengan temperatur kaca maka terjadi proses kondensasi (pengembunan) yang kemudian mengalir karena adanya pengaruh gravitasi kemiringan kaca. Hibrid basin solar distilasi dibuat dengan memanfaatkan panel surya untuk menggerakkan blower sehingga tekanan di dalam bejana akan turun, dan kemiringan kaca penutup 300. Kondensasi terjadi jika uap menyentuh permukaan kaca dibawah temperatur jenuh dari uap tersebut. Kondensat ini akan mengalir karena pengaruh gravitasi. Biasanya cairan membasahi permukaan, menyebar dan membentuk suatu film. Proses semacam ini dinamakan kondensasi film (filmwise condensation). Jika permukaan tidak dibasahi oleh cairan, maka tetesan-tetesan akan terbentuk dan bergerak menuruni permukaan, bergabung dan bersentuhan dengan tetesan kondensat lainnya. Proses ini dinamakan kondensasi secara tetes (dropwise condensation). Metode penelitian ini adalah membuat hibrid basin solar kemudian menguji performansinya seperti : mengukur Intensitas matahari (IT); mengukur temperatur air laut (Tw); mengukur temperatur ruang basin (Tsv); mengukur temperatur kaca penutup (Tg); mengukur temperatur lingkungan (Ta); menghitung tekanan (P) yang ada diruang basin serta menganalisa terjadinya perubahan filmwise kondensasi ( ke dropwise kondensasi dengan menghitung nilai bilangan Reynolds (Re)). Hasil penelitian menunjukkan selama 9 jam pemanasan rata-rata temperatur IT=468,81 W/mK; Tw=318,67 K; Tsv=315,66 K; Tg=306 K; Ta=303,22 K; P=5,58Pa; =6801,33 W/m2 K; Re=348,27 dimana nilai bilangan Reynold tersebut lebih besar dari 30 dan lebih kecil dari 1800 (30<Re<1800) maka perubahan aliran dari filmwise ke dropwise adalah bergelombang (wavy). Irfan Santosa, Mustaqim Mustaqim Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/365 PERENCANAAN MIKROHIDRO DENGAN TURBIN KAPLAN SEBAGAI PENGGERAK MULA PADA DEBIT 0,52 m 3 /s DAN KETINGGIAN 2,65 m https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/366 Turbin Kaplan merupakan mesin konversi energi dengan air sebagai fluida kerjanya. Dalam merencanakan sebuah mikrohidro perlu diperhatikan besar kecilnya debit aliran serta ketinggian air jatuh. Dengan mengetahui debit aliran serta ketinggian air jatuh dapat ditentukan jenis turbin yang sesuai dengan sumber daya alam yang tersedia. Sering kali kita mengabaikan keberadaan sumber daya alam di sekitar kita, sehingga banyak aliran-aliran sungai yang belum dimanfaatkan sumber dayanya dan hanya terbuang sia-sia. Dengan debit aliran rendah kita dapat memanfaatkannya sebagai penggerak sebuah turbin yang kemudian energi mekanik yang dihasilkan turbin dapat berguna sebagai penggerak mesin-mesin seperti generator listrik, mesin penumbuk padi dan lain-lain. Perencanaan di mulai dengan melakukan survey lokasi guna mendapatkan data-data pada perencanaan turbin Kaplan. Pada perencanaan ini direncanakan turbin dengan posisi poros vertical. Dengan data-data yang diperooleh dapat dilakukan perhitungan dimensi turbin dan diperoleh spsifikasi turbin yang lain dengan menggunakan formula perhitungan yang tersedia pada beberapa referensi yang digunakan. Dari hasil analisis perhitungan, diperoleh data-data: dimensi baling-baling turbin 0,379 m dengan bahan kuningan, diameter poros 50 mm dengan bahan SNCM 1, bantalan berbahan perunggu dan dengan efisiensi 85% dapat menghasilkan daya turbin sebesar 15.086,226 kW. Didik Sugiyanto Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/366 PENGUATAN UKM MENGHADAPI MEA MELALUI SUMBER ENERGI ALTERNATIF https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/367 Perekonomian global yang mengedepankan nilai daya saing, kualitas produk dan efisiensi semakin menegaskan perlunya penerapan prinsip demokrasi ekonomi tersebut dalam suatu perundang-undangan yang memihak pada UKM. Tantangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) semakin kompleks. Salah satu diantaranya kebijakan pemerintah tentang pencabutan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Subdisi BBM yang dihapus akan mengurangi defisit anggaran pemerintah namun disisi lain mengakibatkan berbagai harga kebutuhan pokok akan mengalami kenaikan serta tarif dasar listrik yang meningkat. Semakin menipisnya persediaan BBM, masyarakat mulai beralih memanfaatkan sumber energi berupa gas. Gas yang sudah menjadi kebutuhan pokok energi secara nasional, pemerintah seharusnya mensubsidi sumber energi tersebut tetapi juga mengalami kenaikan harga. Meningkatnya biaya-biaya tersebut dapat mengurangi jumlah laba pengusaha, bagaimana pengusaha dapat bersaing dengan semakin banyaknya barang impor?. Harapan pemilik UKM, pemerintah mulai memikirkan sumber energi lain yang dapat dijangkau, misalnya energi nuklir, energi panas bumi, atau sumber energi terbarukan (energi Bahan Bakar Nabati/BBN seperti biofuel). Amalia Ilmiani, Catur Ragil Sutrisno Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/367 PENDEKATAN BLUE ECONOMY DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH TEGAL https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/368 Pemanfaatan sumber daya alam seringkali menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Pendekatan Blue Economy dalam pendidikan merupakan salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Blue Economy merupakan konsep ekonomi dalam pemanfaatan atau eksploitasi dengan memperhatikan kelestarian sumber daya dan lingkungan. Dalam mendukung hal tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu dan kompeten. Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencetak manusia yang mempunyai kemampuan tersebut. Di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Tegal konsep Blue Economy terintegrasi dalam mata pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Blue Economy pada peserta didik SUPM Tegal dalam pembelajaran terhadap aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengambilan data melalui observasi, kuesioner, dan dokumentasi terhadap peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Blue Economy di SUPM Tegal terintegrasi dalam mata pelajaran kelompok produktif yang tercakup pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kelompok mata pelajaran produktif program keahlian Nautika Perikanan Laut (NPL), Teknika Perikanan Laut (TPL), Teknologi Budidaya Perikanan (TBP), dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP) adalah 18; 19; 11; dan 13 mata pelajaran. Hal ini lebih besar porsinya dibandingkan kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif sebanyak 5 dan 9 mata pelajaran kelompok setiap program keahlian. Berdasarkan penilaian mengindikasikan bahwa peserta didik telah banyak mengetahui, melaksanakan, dan mampu menerapkan konsep Blue Economy dalam pembelajaran di sekolah dengan rata-rata penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebesar 89,7%; 89,1%; dan 97,6%. Muhammad Nur Misuari, Azis Nur Bambang, Purwanto Purwanto Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/368 EVALUASI SUB-SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTAN SAMPAH BERBASIS PEMISAHAN JENIS SAMPAH https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/369 Transportasi pengangkutan sampah adalah sub-sistem transportasi persampahan yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemerosesan akhir, atau TPA. Dengan optimasi sub-sistem ini diharapkan pengangkutan dan pengelolaan sampah menjadi mudah, cepat, serta biaya relatif murah. Tempat sampah berbasis pemisahan jenis sampah yang sudah diaplikasikan baik di instansi pemerintahan, swasta, lembaga pendidikan, industri dan sebagainya. Fakta yang terjadi di lapangan pengangkutan sampah dijadikan satu atau campuran sampah berbagai jenis sampah dari tempat sampah yang sudah dipisahkan. Upaya kebijakan peningkatan jumlah sarana yang digunakan serta jalur, jarak dan waktu tempuh merupakan tujuan utama dari perencanaan sistem pemisahan transportasi sampah. Untuk studi evaluasi sistem pemisahan transportasi sampah yang menuju TPA Piyungan, Bantul. Kali ini dilakukan studi kasus untuk TPA Piyungan, Bantul dalam meningkatkan optimasi pengelolaan sampah. Pemilihan TPA tersebut melihat setiap hari sebanyak 300-350 ton sampah dari tiga wilayah yaitu kota Yogyakarta, kabupaten Sleman, kabupaten Bantul dibuang ke TPA Piyungan, Bantul yang memiliki luas TPA 12,5 Hektar, sistem Sanitary Landfill , dan jarak ke pemukiman sekitar 200 meter dan hanya mampu melayani jumlah layanan sampah buangan 1.650 m³/hari. Sementara data transportasi persampahan di kota Yogyakarta dengan jumlah pelayanan terangkut 1.650 m³/hari dari transportasi persampahan yang tersedia yaitu Truk 34 unit, Arm roll 11 unit, Pick up 2 unit. Peralatan seperti Gerobak ada 472 unit, Container 45 unit, Tranfer depo 8 unit, serta jumlah TPS (Tempat Penampungan Sementara) ada 187 unit. Dari hasil studi dapat dilihat bahwa timbulan sampah di TPA Piyungan, Bantul hanya mampu melayani sampah dari Yogyakarta setiap harinya dan sampah dari kabupaten Bantul dan kabupaten Sleman belum bisa dikelola dalam waktu bersamaan (1 hari) karena sampah melebihi kapasitas yang ada. M. Machfudz Sa'idi, Wisnu Agung Prabowo, Dodi Kuncoro Jati Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/369 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI SALAH SATU PRIORITAS MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/370 Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak dijumpai dan masih menjadi salah satu masalah kesehatan di berbagai daerah di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan survey kesehatan masyarakat dalam rangka menggali informasi penyebab dan alternatif pemecahan masalah sehingga dapat mengurangi kejadian ISPA di masyarakat. Kegiatan survey kesehatan masyarakat ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mijen Kecamatan Mijen, Semarang, Jawa Tengah. Penentuan sampel pelaksanaan survey kesehatan berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel yang dikembangkan Isaac dan Michael dengan randomisasi. penentuan prioritas masalah kesehatan dilakukan berdasarkan metode Hanlon Kualitatif. Dari 270 kepala keluarga (KK) dengan 984 jiwa yang diikutkan dalam survey kesehatan, ditemukan 82 jiwa menderita penyakit dengan ISPA sebagai prioritas masalah kesehatan sebesar 66%. Analisis penyebab yang mendasari masalah ISPA meliputi kebiasaan merokok, penggunaan masker saat berkendaraan dan berkerja, tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat penghasilan, kondisi sanitasi rumah, jarak pelayanan kesehatan dan keikutsertaan asuransi kesehatan. Alternatif pemecahan masalah yang timbul meliputi penyuluhan tentang pengetahuan ISPA, rumah sehat, dan pentingnya asuransi kesehatan, pembagian masker, serta advokasi tentang standart rumah sehat kepala stakeholder setempat. Perlu dilakukan kegiatan penyuuhan secara rutin mengenai faktor risiko ISPA sehingga mengurangi risiko terjadinya ISPA di masyarakat. Kanti Ratnaningrum, Merry Tiyas Anggraini, Pudjiati Syarif Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/370 PENGARUH KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI 2012 https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/372 Kepatuhan mengkonsumsi obat pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) penting untuk mengoptimalkan manajemen penyakit. Sedikitnya kepatuhan menyebabkan terjadi peningkatan morbiditas, pengeluaran biaya kesehatan, rawat inap dan kematian. Kepatuhan pasien mengkonsumsi obat merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan mengkonsumsi obat pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sehingga dapat meningkatkan efektivitas terapi dan kualitas hidup pasien Jenis penelitian adalah deskriftif analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan data secara prospektif dengan metode purposive sampling pada pasien PPOK di Poli Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pengumpulan data diperoleh dari hasil kuesioner, rekam medik, wawancara dengan pasien. Kuesioner yang digunakan Modified Morisky Scale untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien, dan COPD Assessment Test untuk mengetahui hasil terapi pasien PPOK. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 48 pasien. Hasil penelitian menunjukkan kepatuhan pasien PPOK di Poli Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan kepatuhan tinggi 37,50%, kepatuhan berubah-ubah 41,67%, dan kepatuhan rendah 20,83%. Hubungan kepatuhan dengan hasil terapi ditunjukkan dengan analisis chi square r = 0,174, Hubungan kepatuhan dengan hasil terapi tidak signifikan, dikarenakan kondisi klinis pasien PPOK yang sudah stabil. Anita Mursiany, Nila Oktaviani Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/372 PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO NO.32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS PADA PELAKU USAHA BISNIS BATIK) DI WILAYAH KOTA PEKALONGAN https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/373 Penerapan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah berkembang pesat secara nasional . Perkembangan Teknologi, ,pembangunan yang begitu pesat dewasa ini telah membawa implikasi terhadap aktifitas masyarakat, baik dalam skala regional, nasional, maupun global. Implikasi tersebut antara lain ditandai dengan perubahan dampak lingkungan. Bumi , air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” dan perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.” Oleh sebab itu mengedepankan hak –hak lingkungan hidup melalui penerapan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup merupakan hal yang patut dilaksanakan. belum adanya kesepahaman masyarakat dalam memahami konsep perlindungan lingkungan hidup dalam proses industri batik menyebabkan menurunnya kesadaran masyarakat akan pentingya keinginan menjaga lingkungan. Dwi Edi Wibowo Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/373 PENGARUH SUBSTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN ANAKAN KIJING TAIWAN (Anodonta woodiana, LEA) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/374 Cara berkembangbiak kijing taiwan ini sangat unik, yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan larvanya (glokidia) sebelum menjadi kijing yang sempurna membutuhkan ikan sebagai induk semangnya dan larvanya memperoleh makanan dari tubuh inangnya atau hidup sebagai parasit. Salah satu faktor yang berperan penting dalam menunjang kelangsungan hidup anakan kijing untuk memulai kehidupannya sebagai kijing muda adalah substrat tempat menjatuhkan diri setelah melepaskan diri dari inangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh jenis substrat terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan kijing taiwan (Anodonta woodiana). Satu induk kijing yang sedang mengerami glokidia digunakan untuk menginfeksikan 500 ekor ikan mas. Pengamatan terhadap lamanya fase parasit glokidia pada ikan mas dilakukan sejak hari ke-3 sampai hari ke- 30. Ikan inang yang telah terinfeksi glokidia dipelihara dalam akuarium dengan 3 jenis substrat yaitu : substrat pasir, lumpur dan substrat campuran pasir dan lumpur selama 120 hari, tiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe substrat, berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anakan kijing taiwan, namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Substrat terbaik bagi kelangsungan hidup anakan kijing adalah substrat pasir bercampur lumpur dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 81.48 ± 17.37%. Helena Afia Sahusilawane, Odang Carman, Ridwan Affandi Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/374 PENGARUH JENIS STEK TUNAS DAUN DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UMBI BIBIT KENTANG (SOLANUMTUBEROSUM L.) GENERASI NOL (G 0 ) VARIETAS ATLANTIK https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/375 <p>Tujuan penelitian untuk mendapatkan jenis stek tunas daun dan jarak tanam yang paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil umbi bibit kentang (Solanumtuberosum L.) varietas Atlantik. Dilakukan di Screen House Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada musim kemarau dari pertengahan bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2014. Metode penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Percobaan diterapkan terhadap dua faktor perlakuan, faktor pertama adalah Jenis Tunas (t) dengan dua taraf yaitu tunas tunggal dan tunas majemuk, sedangkan faktor kedua adalah Jarak Tanam (j) dengan empat taraf yaitu 7 x 7 cm, 8 x 8 cm, 9 x 9 cm dan 10 x 10 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jenis tunas dan jarak tanam memberikan pengaruh interaksi terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman) kentang umur 42 dan 63 hst, Jarak tanam j 2 (8 x 8) cm memberikan jumlah umbi bibit per tanaman terbanyak 1,90 buah serta jarak tanam j 4 (10 x 10) cm memberikan hasil bobot umbi per tanaman tertinggi yaitu (22.33 gr) walaupun tidak berbeda nyata dengan j 2 (8 x 8) cm dan secara mandiri jarak tanam j 2 (8 x 8) centimeter memberikan hasil bobot umbi per petak ter tinggi (57.31 gr) pada umur 100 hst.</p> Deden Fatchullah Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/375 UJI EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI UNGGULAN PADA TANAMAN KENTANG https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/376 <p>Untuk dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi secara maksimal tanaman kentang memerlukan pemberian pupuk anorganik dan organik yang berimbang, sehingga pengelolaan kentang secara intensif dapat dilakukan. Sumber daya hayati atau mikroba berguna yang ada dalam tanah dapat termanfaatkan dan bisa dijadikan pupuk hayati sehingga penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi sampai 50%. Pengelolaan lahan sub-optimal di dataran tinggi merupakan tindakan alternatif yang baik untuk pengembangan usahatani kentang, sehingga memerlukan suatu terobosan teknologi baru melalui penggunaan pupuk hayati yang efektif dan efisien bagi tanaman kentang. Penelitian Pupuk Hayati Unggulan Nasional dilaksanakan di kebun petani di Kp. Cisero, Ds. Cisurupan, Kab. Garut dengan jenis tanah andosol pada ke tinggian tempt 1160 m dpl. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang diulang sebanyak 3 kali dengan jumlah perlakuan sebanyak 15. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tidak terjadi perbedaan nyata pada parameter pertumbuhan vegetatif maupun komponen hasil, namun demikian masih ada perbedaan hasil yang ditunjukkan pada perlakuan 15 (Bio-Padjar), perlakuan 8 (Biotrico) dan perlakuan 9 (Beyonic+) secara berturut-turut adalah 19, 20 ton/ha, 16, 38 ton/ha dan 14, 64 ton/ha, sehingga mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Pemerintah. Pupuk hayati Bio-Padjar dan Biotrico ternyata dapat mengurangi tingkat umbi busuk dan perolehannya adalah 1, 68 kg/plot dan 2, 24 kg/plot, sehingga pupuk hayati dapat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman, hasil dan lingkungan sebagai tempat tumbuh dari suatu tanaman.</p> Deden Fatchullah Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/376 PENGEMBANGAN EKOWISATA BERKELANJUTAN DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING KALIMANTAN TENGAH MELALUI PENDEKATAN SUPPLY DAN DEMAND https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/377 <p>Keanekaragaman hayati (biodiversity) flora dan fauna yang dimiliki oleh Taman Nasional Tanjung Puting di Provinsi Kalimantan Tengah termasuk tinggi dan unik (Haryanto, 2009). Potensi tersebut memberikan peluang pengembangan wisata alam karena memiliki daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mengukur pengembangan ekowisata Taman Nasional Tanjung Puting melalui pendekatan suplai (supply) dan permintaan (demand). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan pengamatan, dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh informasi yang terkait baik variabel exogeneous maupun endogenous. Lokasi penelitian adalah di Taman Nasional Tanjung Puting dalam wilayah administrasi Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah dan dilakukan pada bulan April – Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara yang mengunjungi obyek wisata Taman Nasional Tanjung Puting. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penentuan sampel dilakukan melalui teknik nonprobability sampling, yaitu Convenience sampling atau sampling berdasarkan kemudahan (Sugiono, 2002), dan besarnya sampel adalah sebanyak 150 responden. Alat analisis menggunakan model Uji statistik yaitu Analisis Path (Path Analysis) dengan menggunakan perangkat lunak (software) Amos versi 18 (Analysis of Moment Structure) serta SPSS versi 10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sisi Supply yang terdiri atas (1) Produk wisata dan Keunikan lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sisi Demand (Frekuensi kunjungan wisatawan) , (2) bahwa sisi Supply (Produk wisata dan Keunikan Lingkungan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap sisi Demand (Lama Tinggal Wisatawan), (3) Pengembangan ekowisata berkelanjutan ditentukan oleh kualitas supply side.</p> Irawan Irawan Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/377 MOTIVASI KONSUMER PANGAN LOKAL DAN KAITANNYA DENGAN TRADISI SETEMPAT DALAM PERAYAAN KEGIATAN KEAGAMAAN https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/378 Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji motivasi konsumer dalam kaitannya dengan tradisi setempat pada perayaan kegiatan keagamaan. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang melibatkan tiga etnis di Indonesia yaitu etnis Minagkabau, Jawa dan Sunda. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik multistage random sampling. Pendekatan Means-End Chain (MEC) analisis digunakan untuk mengkaji motivasi konsumer dalam mengkonsumsi pangan lokal. Tahapan analisis yang digunakan adalah laddering, content analysis, konstruksi Hierarchy Value Map (HVM) dan interpretasi hasil. Tiga jalur utama yang teridentifikasi dari penelitian ini adalah “menjaga kelangsungan budaya dan sumberdaya lokal”, “meningkatkan hubungan sosial kemasyarakatan” dan “bahagia”. Adapun detail mengenai masing-masing pathway dibahas dalam makalah ini. Poppy Arsil Copyright (c) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/snpel/article/view/378