MENELAAH PEMBELAJARAN SASTRA YANG (KEMBALI) BELAJAR MERDEKA DI ERA MERDEKA BELAJAR

  • M Haryanto Universitas Pekalongan
Keywords: pembelajaran sastra, belajar merdeka, era merdeka belajar

Abstract

Sastra adalah ”Pesangrahan Agung” sebuah bangunan besar yang didalamnya terdapat berbagai replika
kehidupan. Sastra adalah hamparan mozaik hikmah dan pelajaran. Hal itu akan terlaksana jika pelajaran
sastra tidka hanya terjebak pada rutinitas menjawab soal dan sangat kurang pengalaman serta penga-
malan bersastra. Pengajaran sastra harus diarahkan ke ruang apresiatif. Akan tetapi, dalam aplikasi
pembelajaran, yang sering terjadi justru ”jauh panggang daripada api”. Sejauh ini, yang sering dikejar
adalah kecerdasan berlogika dan sering mengabaikan kecerdasan emosional. Pada pembelajaran sastra
disekolah, harus diakui sebuah ”kenyataan pahit” bahwa pembejaran sastra diera sebelumnya hanya
aktivitas menghafal, mengerjakan soal, mencatat, dan mendengarkan ceramah. Padahal sastra akan
sangat efektif membentuk kepribadian dan akhlak jika melalui apresiasi. Apresiasi adalah sebuah proses
pelibatan pikiran dan jiwa, bukan sekadar memnuhi targed kelulusan numerik. Pembelajaran disekolah
seharusnya harus lepas dari belenggu teoretis dan rutinitas menjawab soal. Pendidikan sastra yang tepat
sangat berpotensi menjadi ”gua garba” bagi lahirnya generasi berhati mulia. Bukan sebaliknya menjadi
produk robotik dan mesin penjawab soal UN dan LKS. Di sinilah diperlukan kebijakan dan program
pemerdekaan berpikir, berimajinasi, dan berekspresi. Gayung bersambut, adanya era merdeka belajar
membawa kesempatan besar bagi sastra untuk bisa meraih tujuan yang semestinya tercapai, terlebih
ketika ujian nasional sudah tidak menjadi ”momok” yang menakutkan. Kreasi dan inovasi pembelajaran
sastra sangat mungkin lebih bisa ditumbuh suburkan.

Published
2020-05-28